Senin, 02 Januari 2012

contoh proposal PTK





MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI TEKNIK PEMBERIAN SOAL DAN MOTIVASI EKSTRINSIK  PADA PROSES PEMBELAJARAN BAGI SISWA KELASXII IPS 2 SMA NEGERI 1 GUBUG
 TAHUN AJARAN 2011/2012

PROPOSAL
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan inovasi pembelajaran sejarah

Oleh

Dwa Sutan Darma Putra Nasution
3101409029

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang di pelajari siswa di SMA. Sejarah diajarkan pada siswa agar mereka lebih mengenal bangsa dan negara mereka, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran sejarah di berikan kepada siswa agar mereka memiliki rasa cinta pada tanah air dan bangsa mereka yaitu bangsa indonesia.
Paradigma para siswa mengenai pelajaran sejarah ialah suatu pelajaran yang sangat membosankan, inilah masalah yang timbul di kelas saat guru sejarah menyampaikan materi-materinya yang berakibat pada pasifnya siswa di dalam kelas. Guru sejarah diharapkan dapat menjadikan siswanya aktif di dalam kelas. Sedangkan pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Jadi pendidikan sejarah adalah bidang tentang bagaimana mempelajri sejarah untuk pelajaran sejarah guna menjadikan tunas bangsa yang berguna dan memiliki rasa cinta tanah air yang besar pada diri siswa.
Bagaimana cara membangkitkan keaktifan siswa harus memiliki cara yang jitu dalam mengatasi masalah siswa di dalam kelas. Seharusnya di dalam kelas siswa dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran, dengan mengeluarkan suaranya di dalam kelas. Sebelum pembelajaran dilakukan selayaknya seorang siswa harus lebih dahulu mempelajari materi yang akan diajarkan oleh gurunya, sebaliknya guru harus memberitahukan materi yang akan ia berikan pada pertemuan berikutnya. Sehingga siswa lebih siap dengan materi yang akan diberikan oleh guru, dan memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Melihat kondisi siswa di dalam kelas yang tidak aktif, beberapa upaya hendaknya dilakukan yaitu dengan dilakukannya pemberian tugas oleh guru kepada siswa saat proses pembelajaran sejarah sedang berlangsung, jika setiap saat pembelajaran siswa diberi tugas maka siswa akan lebih mengaktifkan diri apalagi diiming-imingi pemberian nilai, dengan keadaan seperti ini siswa yang tau bahwa gurunya akan memberikan tugas dikelas, maka siswa akan lebih mempersiapkan diri, dan kelas pun menjadi aktif.
Hasil  wawancara peneliti dengan guru sejarah SMA N 1 Gubug bahwa nilai ujian semester  lalu, khususnya pada siswa kelas XI IPS 2 masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar yang telah di tentukan  untuk mata pelajaran sejarah yaitu 65. Ini terlihat dari nilai murni yang di peroleh siswa selama dimana hanya ada 15 dari 40 siswa yang mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan ketentuan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebanyak 30% siswa di sekolah ini mendapatkan nilai di bawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yaitu 65, banyak siwa dikelas XII ips 2 yang mendapatkan nilai 60 ke bawah. Indikator masalah tersebut adalah siswa tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru,siswa tidak mau bertanya tentang materi yang belum dipahami dan saat diberi kesempatan bertanya,dan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat proses pembelajaran. Tindakan atau cara yang akan dilakukan adalah dengan teknik pemberian tugas dan pemberian motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik bersifat memaksa, yang mengkondisikan siswa harus belajar sebelum pembelajaran dilaksanakan karena sudah pasti akan diberikan tugas oleh gurunya. Demikian halnya dengan guru memberikan tugas setiap kali pertemuan dengan harapan baik itu dirasa memaksa bagi siswa maka siswa akan mempersiapkan diri sebelum pertemuan dimulai harus belajar, dengan siswa belajar sebelum pembelajaran dilakukan maka siswa di kelas akan lebih aktif selain mengerjakaan tugas yang diberikan guru juga dalam pembelajaran dan akan memperbaiki nilai siswa yang jeblok.
Maka dari itu peneliti melakukan penelitian mengenai : MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI TEKNIK PEMBERIAN SOAL DAN MOTIVASI EKSTRINSIK  PADA PROSES PEMBELAJARAN BAGI SISWA KELASXII IPS 2 SMA NEGERI 1 GUBUG  TAHUN AJARAN 2011/2012.




B.     Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumusan masalah yang dapat diangkat ialah:
1.      Apakah melalui teknik pemberian tugas kepada siswa saat proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XII IPS 2 SMAN 2 Gubug?
2.      Bagaimana penerapan teknik pemberian tugas kepada siswa saat proses pembelajaran di kelas XII IPS 2 SMAN 1 Gubug?
3.      Bagaimana hambatan yang akan dihadapi dalam teknik pemberian tugas di kelas XII IPS 2 SMAN 1 Gubug?
C.    Tujuan
Dari rumusan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan penelitian ialah:
1.      Mengetahui apakah melalui teknik pemberian tugas kepada siswa saat proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XII IPS 2 SMAN 1 Gubug.
2.      mengetahui penerapan teknik pemberian tugas kepada siswa saat proses pembelajaran di kelas XII IPS 2 SMAN 1 Gubug.
3.      Mengetahui hambatan yang akan dihadapi dalam teknik pemberian tugas di kelas XII IPS 2 SMAN 1 Gubug.

D.    Manfaat
a.       Manfaat teoritis
Penelitian ini berguna untuk ilmu pengetahuan dimana guru dalam melakukan pembelajaran di kelas dapat menggunakan tekhnik ini dalam memecahkan masalah siswa yang pasif. Penelitian ini juga dapat mempermudah dan membantu guru dalam mengajar.
b.      Manfaat Praktis
Penelitian ini berguna bagi siswa karena dalam proses pembelajaran ssiwa akan lebih aktif dan pembelajaran sejarah tidak membosankan. Tekhnik ini juga menekankan siswa sebelum pembelajaran dimulai, untuk lebih mempersiapkan diri dalam memahami materi yang akan diberikan oleh guru. Dengan penekanan seperti ini, memungkinkan siswa lebih aktif di dalam kelas, karena siswa telah mempalajari serta memahami materi yang akan di sampaikan oleh guru.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Kajian pustaka
a.    Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun yang berarti pohon, kata ini kemudian mengalami  perkembangan arti menjadi akar, keturunan, asal usul. Riwayat dan silsilah. Kata sejarah diserap ke dalam bahasa melayu pada abad ke -13, dalam bahasa inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang berasal dari bahasa yunani istoria, berarti ilmu.
“sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia” (Herodotus 484-425 SM).
b.      Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Sejarah. Para ahli telah menjelaskan pengertian belajar menurut sudut pandang masing- masing, baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Menurut Hamalik (2008:29), “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan”. William Burton dalam Hamalik (2008:28) mengemukakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Sardiman A M (2004:20-21), “Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam artian sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”.
Berhasil tidaknya kegiatan belajar sangat tergantung oleh berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Menurut Sumadi Suryabrata (2010:233) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar yaitu :
1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam individu), yakni faktor Fisiologis (yang bersifat jasmani) dan faktor Psikologis (yang bersifat rohani).
2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar individu), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi : faktor sosial dan faktornon sosial.


c.       Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pembelajaran adalah, proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya.
Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:1), “Daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru”. Sedangkan menurut Gino (1998:30) kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1)  Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2)  Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3)  Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
4)  Isi pelajaran / Materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5)   Metode yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6)   Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.
7)  Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

d.      Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah adalah suatu pembelajaran yang mengacu pada peserta didik agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Menurut Widya dalam Noviza (2010:15) pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lalu yang erat hubungan dengan masa kini.
Makna pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material yang meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya. (Oemar Hamalik, dalam Hera Lestari Mikarsa 2007 : 73).

e.       Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (1995: 32), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : faktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa) dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Prestasi belajar siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.
Dari ketiga faktor tersebut dibahas sebagai berikut :
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
Yaitu keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa, yang meliputi dua aspek, yaitu : 1). Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2). Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).(Syah,1995:132).
1. Aspek Fisiologis.
Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh siswa.
2. Aspek Psikologis.
Kondisi rohaniah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas prestasi pembelajaran siswa. Aspek psikologis / rohaniah siswa tersebut meliputi :
a. Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan / prestasi siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang untuk memperoleh sukses / prestasi tinggi.

b. Sikap siswa.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relative tetap terhadap obyek, orang, batang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikanmerupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Sebaliknya, sikap negative siswa terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa dan mempengaruhi perolehan prestasi yang berkurang.
c. Bakat siswa.
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin,1972; Raber,1988 dikutip Muhibbin Syah,1995:135). Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidik atau pelatih. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.
d. Minat siswa.
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Besar kecilnya minat siswa terhadap proses belajar akan mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa.
e. Motivasi siswa.
Menurut Glietman, 1986 ; Reber , 1988 yang dikutip Muhibbin Syah (1995:136) motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dibedakan menjadi
dua yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk motivasi ini adalah perasaan menyenangii materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
1.       Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu :
2.      Lingkungan Sosial.
Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa, juga mempengaruhi prestasi siswa. Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa sendiri.
3.      Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya.
4.      Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Yang dimaksud faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang dipergunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
d.      Teknik
Dalam  umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian  (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan.
e.       Teknik pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan : “ Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar  hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.

Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. Dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
Memberikan penjelasan mengenai

1)      Tujuan penugasan
2)       Bentuk pelaksanaan tugas
3)       Manfaat tugas
4)      Bentuk Pekerjaan
5)      Tempat dan waktu penyelesaian tugas
6)      Memberikan bimbingan dan dorongan
7)       Memberikan penilaian

Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :
·         Tugas membuat rangkuman
·         Tugas membuat makalah
·         Menyelesaikan soal
·          Tugas mengadakan observasi
·         Tugas mempraktekkan sesuatu
·          Tugas mendemonstrasikan observasi





Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas  diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :

·         Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
·          Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
·         Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
·         Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
·         Dapat mengembangkan kreativitas siswa
·         Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

Adapun kelemahan metode pemberian tugas

    Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
·         Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
·          Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
·          Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
·          Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
·         Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

f.       Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak diluar perbuatan belajar atau merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut. pada hakikatnya motivasi ekstrinsik adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Motivasi ekstrinsik ialah Gred, laporan penilaian bertulis, wang, ugutan, dendaan, atau satu janjian hadiah.
g.      Keaktifan
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam belajar.
Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu
1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,
3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya, 4) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lain.


B.     Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang meneliti untuk mencapai tujuannya menggunakan teknik pemberian tugas seperti hasil penelitian Aprilia Mary Astutia dalam skripsinya mencari efektifitas teknik pemberian tugas bukan untuk meningkatkan keaktifan siswa seperti penelitian yang akan saya lakukan, juga fokus penelitiannya pada pelajaran matematika, fokus penelitian saya adalah pelajaran sejarah. satu lagi penelitian yang saya baca adalah penelitian yang dilakukan oleh Nursidik Kurniawan, yang juga menggunakan teknik pemberian tugas namun tugas pekerjaan rumah (PR), sedangkan penelitian saya tidak hanya memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) tetapi juga pada proses pembelajaran sedang berlangsung. Hal inilah yang membedakan penelitian saya dengan penelitian yang lain yang pernah dilakukan.



C.    Kerangka Berpikir
Untuk mendukung terwujudnya siswa yang aktif di dalam kelas dalam pembelajaran sejarah, guru membentuk situasi siswa yang siap dalam proses pembelajaran. Ada paradigma saat SMA siswa merasa ingin bebas namun hal ini mengakibatkan kurang mampunya siswa menerima pelajaran sejarah dan mengakibatkan siswa pasif di dalam kelas. Dengan guru yamg telah membentuk siswa yang siap dalam proses pembelajaran, guru di dalam kelas memberikan tugas kepada siswa saat pembelajaran sedang berlangsung, pemberian tugas ini tidak hanya sekali atau dua kali dilakukan tapi setiap pertemuan guru memberikan soal kepada para siswa, yang berakibat siswa telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh gurunya, dan tentunya siswa akan mempersiapkan diri atas tugas yang akan diberikan kepada siswa, maka siswa akan lebih aktif di dalam kelas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya, setelah mengerjakan tugas tidak hanya sampai disitu guru harus memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa kembali dan guru juga harus menjelaskannya. Dengan ering membuat pertanyaan atau tugas dan jawaban dapat membuat siswa lebih dapat mengingat pelajaran lebih lama. Semakin sering pengulangan itu dilakukan semakin lama bahan pelajaran tersimpan dalam ingatan dan dengan diberikannya metode ini dapat diketahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu mengaktifkan siswa didalam kelas.
guru
Teknik pemberian tugas
·  Tugas harian
·  Tugas kelompok
·  Tugas pekerjaan rumah.
·  Tugas menyelesaikan tugas
·  Tugas membuat makalah
·  Tugas mempraktekan sesuatu
Keaktifan siswa
Prestasi siswa


















D.    Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto mendefinisikan hipotesis sebagai “suatu jawaban yang besifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang akan terkumpul. Berdasarkan pendapat diatas adalah adanya perubahan sikap siswa dalam pelajaran sejarah yang dahulu pasif mulai aktif dalam pembelajaran sejarah di kelas XII ips 2 SMAN 1 Gubug.























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
a)      Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XII ips 2 SMA Negeri 1 Gubug, penelitian dilakukan dalam mata pelajaran sejarah, mengapa dilakukan di kelas ini karena Di kelas ini guru agak kesulitan untuk menemukan solusi dalam pembelajaran serta banyaknya siswa yang kurang tertarik dan masih kurang pemahamnya dalam pembelajaran sejarah. Tepat jika dilakukan penelitian di kelas ini.
b)      Waktu penelitian
penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, berlangsung pada bulan januari sampai april 2012, penelitian  ini dilakukan pada saat itu dikarenakan siswa akan menghadapi ujian kelulusan diharapkan cara ini akan membantu siswa dalam mengahadapi ujian kelulusan. Penelitian akan dilakukan dalam beberapa siklus, jika hasil dalam suatu siklus dinyatakan berhasil maka siklus akan dihentikan dan dinyatakan berhasil.


B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Gubug  pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelas ini tergolong kelompok siswa yang sangat pasif dikelas yang hanya mendengarkan gurunya menjelaskan materi, sebuah kelas yang terdiri dari kombinasi antara siswa dengan dengan prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar peringkat sepuluh besar.

C.    Sumber Data Penelitian
Sumber data diperoleh dari keterangan siswa, guru, kepala sekolah sebagai subjek penelitian dengan menggunakan metode in deep Questioning untuk memperoleh segala informasi tentang kelas XII IPS 2 SMA N 1 Gubug beserta permasalahan yang ada.



D.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Fokus penelitian ini adalah partisipasi atau keaktifan siswa di kelas, untuk memperoleh data-data tersebut digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data diantaranya :

a.       Teknik angket dan wawancara
Akan dilakukan wawancara secara mendalam (in deep questioning) khususnya pada para siswa kelas XII IPS 2 , guru sejarah, dan kepala sekolah SMA N 1 Gubug sebagai subjek penelitian.

b. Teknik tes unjuk kerja (performance test)
Digunakan untuk mengukur kinerja siswa di kelas XII ips 2 SMA N 1 Gubug, Penilaian ini mencakup hasil akhir serta proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa melakukan melakukan kegiatan belajar yang bersifat kolaboratif.

c. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas pembelajaran dan melihat apa yang menyebabkan kepasifan siswa. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data serta mengetahui seperti apa kondisi sosial, lingkungan sekolah dan lingkungan kelas di SMA N 1 Gubug Khususnya kelas XII ips 1.

·           Alat Pengumpul data
Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut :
a. Quesioner
b. Panduan wawancara
c. Rubrik unjuk kerja
d. Lembar Observasi
e. Jurnal penelitian
f.  Catatan siswa

Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi dan prestasi diambil pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir sikulus. Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan pengelolaan kelas guru diambil pada setiap fase acting pada siklus.
E.     Validasi Data
Validasi dan reabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel. Untuk meningkatkan validasi akan digunakan pula strategi berikut, yakni:
1. Face validity, Setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses kolaborasi.
2. Triangulation, Menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian.

F.     Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) membuat interpretasi.
Rendahnya ketuntasan hasil belajar sejarah siswa kelas XII IPS 2 SMA N 1 Gubug yang hanya mencapai 70 % diharapkan mampu ditingkatkan. Dengan diterapkannya teknik pemberian tugas ini diharapkan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas XII ips 1 semakin meningkat sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa mencapai nilai diatas KKM sekolah.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Sejarah di kelas XII ips 2 SMAN 1 Gubug ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan prestasi belajar siswa. Data di analisis menggunakan :
a)      Analisis deskriptif komparatif
Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan.
b)      Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
c)      Analisis data kualitatif
Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan parameter atau teori tertentu.

Untuk memastikan adanya perubahan berupa peningkatan peran aktif siswa, dan perubahan sauasana kelas, maka perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yakni :
a. Theoritical triangulation, menggunakan berbagai teori dalam menelaah setiap perubahan
b. Data triangulation, mengambil data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat
c. Source triangulation, mengambil data dari berbagai nara sumber
d. Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data.



G.    Indikator Kinerja
Penelitian ini dianggap berhasil jika telah memenuhi indikator kinerja berikut:
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan pembelajaran sejarah di kelas.
2. Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di atas krteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
H.    Prosedur Penelitian
Sesuai dengan rancangan penelitian maka prosedur penelitian ini melalui 2 siklus, sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Peer Tutor plus Strategy, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) teknik pemberian tugas dan Sistem Penilaian teknik pemberian tugas. Persiapan lain adalah pembuatan alat pengumpulan data meliputi: Quesioner, Lembar kerja Siswa dan rubrik, Lembar Observasi, seperti pada lampiran.
2. Tahap Pelakasanaan (Acting)
Pada siklus I, dilakukan pembelajaran dengan teknik pemberian tugas yaitu:
a. Pengelompokan siswa
b. Pendampingan oleh guru
c. Penugasan oleh guru
d. Diskusi Kelompok
e. Pengamatan dan inventarisasi maslah individu oleh peneliti
f. Pos tes.

3. Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra sebagai observer. Fokus pengamatan adalah aktifitas siswa dan guru serta interaksinya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa rubrik kinerja ilmiah, lembar observasi proses pembelajaran untuk melihat urutan kegiatan, apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dan untuk menjamin validasi data dengan teknik triangulasi.
4. Tahap Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi dilakukan dalam waktu 1 x 24 jam setelah fase Acting dan Observing untuk menjamin akurasi dan kesegaran data. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis, sintesis, interpretasi, menjelaskan dan menyimpulkan data temuan. Hasil refleksi pada siklus I menjadi bahan untuk memperbaiki kinerja pada siklus berikutnya.














DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin. 2003. Menuju Kreativitas. Jakarta: Gema Insani Press
RC, Ahmad Rifai. Dan. Chatarina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press
E.     Mulyasa. 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Hamalik, Oemar. 2008. Belajar dan Teori Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi.

















LAMPIRAN






GAMBAR 1
KONDISI SEKOLAH

                                                                                         








GAMBAR 2
SISWA DAN PROSES PEMBELAJARAN









GAMBAR 3
GURU-GURU SMAN 1 GUBUG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar